Rabu, 27 Juni 2012

Budaya Hindu


BAB II
BUDAYA HINDU

A.   PENDAHULUAN
Seni adalah halus, kecil, tipis, dan indah, keahlian membuat karya yang bermutu, karya yang diciptakan bermutu, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi, orang yang berkesanggupan luar biasa, dan jenius (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 941-915).
Sehubung dengan peragaan seni agama dalam upacara Agama Hindu, renungkan mantra berikut.
1.    Gayo sasasravartani
(Sama weda 1829)
Artinya:
Kami menyanyikan mantra-mantra Sama Weda daslam ribuan cara

2.    Ubhe vacau vadati samaga iva, gayatram ca traistubham canu rajati
(Rg. Weda II.43.1)
Burung menyanyi dalam nada-nada seperti seorang perapal Sama Weda, yang mengidungkan mantra dalam irama Gayatri dan Tristubh.

B.   JENIS-JENIS SENI KEAGAMAAN (SAKRAL DAN PROFAN)
Adapun jenis-jenis seni keagamaan yang menyertai masing-masing pelaksanaan Yadnya dari Panca Yadnya itu antara lain: Seni Tari, Seni Tabuh, Seni Suara (Dharma Gita), dan Seni Bangunan. Terdapat perbedaan yang jelas antara seni yang bersifat sakral dengan tari yang bersifat profan. Perbedaannya antara lain:
1.    Seni Sakral
a.    Tidak pernah disewa. Seni ini ditunjukkan hanya dalam hubungannya dengan pelaksanaan upacara keagamaan.
b.    Berfungsi sebagai pelaksana atau “pemuput” karya
c.    Pelakunya menggunakan alat-alat perlengkapan upacara yang khas.
d.    Beberapa jenis seni wali profan ada juga yang mepasupati, seperti Seni Tari Sanghyang. Tetapi kebanyakan tidak bertujuan untuk memiliki kekuatan gaib untuk menarik ditonton, melainkan hanya berfungsi sebagai alat pelaksanaan upacara.
e.    Beberapa contoh seni sakral/wali, yaitu Seni Tari Rejang, Suara Warga Sari, Tabuh Gambang dan Bangunan Padmasana.
2.    Seni Profan
a.    Biasanya dipertunjukkan untuk mendapatkan upah atau disewa, baik dalam hubungannya dalam upacara keagamaan atau tidak.
b.    Umumnya untuk hiburan tetapi terkadang karena dipertunjukkan dalam waktu karya juga berfungsi sebagai Seni Bebali.
c.    Tidak harus mempergunakan perlengkapan upacara, kecuali bila berfungsi sebagai Seni Bebali.
d.    Pada zaman dahulu seni kebanyakan ini kebanyakan dipasupati, karena bertujuan untuk  memiliki kekuatan gaib dalam rangka mempengaruhi penonton. Jenis seni ini sekarang sudah jarang dipasupati kecuali Barong dan Rangda.
e.    Contoh jenis seni mepasupati yaitu, Barong dan Rangda (Cudamani, hal. 7)
Sehubungan dengan pelaksanaan Panca Yadnya, adapun jenis-jenis seni yang dapat mengiringi yang bersifat sakral antara lain:
1.    Seni Tari
Antara lain terdiri atas Rejang, Pendet, Baris, Sanghyang, Bedaya Semar,Tor-tor dan Gantar.
2.    Seni Suara
Antara lain terdiri atas Wargasari, Gending Sanghyang, Sekar Madya, Sekar Agung, dan Sloka/Palawakya.
3.    Seni tabuh
Antara lain terdiri atas Gambang, Saron, Selonding, Gong Beri, Gong Luwang, Angklung dan Gender Wayang.
4.    Seni Bangunan
Antara lain terdiri atas Padmasana, Meru, Gedong, Rong Tiga, Candi Bentar, dan Tugu Karang.
Sedangkan yang dapat digolongkan sebagai seni profan antara lain:
1.    Seni Tari
Antara lain terdiri atas Wayang, Cak, Gambuh ,Janger, Topeng, Legong, Oleg, Sendratari, Drama gong dan Arja.
2.    Seni Suara
Antara lain terdiri atas Sekar Alit dan Gending Daerah
3.    Seni Tabuh
Antara lain Pegambuhan, Pengarjan, Semar Pegulingan, Gong Kebyar, Pelegongan, Pejanggeran, Joged Pingitan, Angklung bilah, Gangsa jongkok, Joged Bungbung, Bebonangan, dan Gong Suling.
4.    Seni Bangunan
Antara lain Bangunan Tradisi, Bangunan Pariwisata, Bangunan Sosial dan Bangunan lainnya.




C.   TUJUAN DAN MAKNA SENI KEAGAMAAN (SAKRAL DAN PROFAN)
Penampilan dan keberadaan seni keagamaan pada umumnya selalu dikaitkan dengan upacara keagamaan karena seni pada zaman dahulu hanya difungsikan untuk itu. Pementasan seni keagamaan dipergunakan sebagai media persembahan dan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan tujuan Tuhan berkenan memberikan perlindungan, keselamatan, kekuatan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup pada umatnya.
Jenis dan bentuk seni yang dimaksud salah satunya adalah Seni Tari. Seni Sakral adalah tari-tarian yang ada di pulau Bali yang dikenal dengan Tari Wali. Penampilan dalam seni keagamaan yang diutamakan adalah tentang magis dan agama, bukan faktor keindahan semata.
Secara umum tari keagamaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Ungkapan tariannya meniru ritmis gerak alam.
2.    Ritmis gerak dilakukan dengan spontanitas pencurahan jiwa penarinya.
3.    Dalam penampilannya dirasakan adanya suasana mistik, magis, dan religius.
4.    Ekspresi tarian erat kaitannya dengan peristiwa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai.
5.    Biasanya tari keagamaan dilakukan oleh orang banyak.
6.    Instrument musik lokal sangat sederhana tetapi dapat menggugah alam rasa yang sangat dalam.
7.    Biasanya sering terjadi pengulangan gerak dan musik dengan tujuan untuk mempercepat terciptanya mistik dan magis.
Kesucian dan kesakralan  jenis-jenis seni tari dapat kita amati dari berbagai hal, seperti peralatan yang dipergunakan oleh para penari.
1.    Tari Pendet penarinya membawa Canang Sari, Pasepan, dan Tetabuan.
2.    Tari Rejang penarinya mempergunakan gelungan serta benang penuntun yang dililitkan pada tubuh para penarinya “ khususnya para penari rejang renteng.”
3.    Topeng Sidhakarya dengan beras sekaruranya.
Beberapa bentuk dan sikaap seni tari yang harus dipentaskan dalam mengiringi pelaksanaan yadnya antara lain:
1.    Tari Keagamaan dalam Dewa Yadnya
Tari Wali yang dipentaskan dalam upacara Dewa Yadnya adalah Tari Pendet, Tari Rejang, Tari Baris, dan sebagainya. Sedangkan Tari Bebalinya adalah Topeng Sidhakarya, Tari Gambuh dan Wayang Lemah.
2.    Tari Keagamaan dalam Rsi Yadnya
Dalam tingkat upacara besar, seperti Mapodgala atau Mediksa, tari keagamaan yang sesuai dengan upacara tersebut adalah Wayang Lemah dan Topeng Sidhakarya.
3.    Tari Keagamaan dalam Pitra Yadnya
Dalam pelaksanaan upacara Pitra Yadnya tari keagamaan yang dipentaskan adalah Tari Baris Katekok Jago dan Tari Baris Dapdap Tari baris ini dipentaskan berkaitan dengan upacara ngaben.
4.    Tari Keagamaan dalam Manusa Yadnya
Dalam pelaksanaan upacara Manusa  Yadnya tari keagamaan yang dipentaskan adalah Wayang Sudhamala, Wayang Mpu Leger dana Wayang Sapuh Leger.
5.    Tari Keagamaan dalam Bhuta Yadnya
Dalam pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya tari keagamaan yang dipentaskan adalah  Sang Hyang dan Wayang Lemah.

Tari-tari keagamaan diluar Bali yaitu:

1.    Tari Bedaya Semang di Yogyakarta dan Jawa Tengah
Tari Bedaya Semang mengungkapkan hubungan antara Sultan Agung dengan Kanjeng Ratu Kidul.  Tradisi ini masih diikuti oleh masyarakat Hindu yang ada di daerah Yogyakarta.
2.    Tari Sanyang (Jawa Timur)
Keberadaan tarian ini diyakini sebagai pemujaan kepada Dewa Siwa, ini berarti bahwa tari Sang Hyang sudah ada pada masa Hindu di Jawa.
3.    Tari Tor-Tor (Sumatra)
Tari ini diperuntukan untuk pemujaan kepada para dewa dan para roh leluhur.
4.    Tari Gantar (Kalimantan)
Tari ini dipentaskan dalam upacara selamatan untuk memohon berkah kepada Dewi Sri atau Dewi Padi.

D.   MANFAAT SENI KEAGAMAAN HINDU DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

1.    Seni Tari
Pementasan tari sakral keagamaan tidak boleh dibawakan oleh sembarang orang melainkan dipilih dengan ketentuan sebagai berikut:
a.    Penarinya masih gadis atau jejaka
b.    Telah mencapai menopouso (tidak mengalami haid lagi)
c.    Para penarinya membawa sarana upacara seperti Canang Sari, Pasepan dan sebagainya.
d.    Gerak pada Tari Sakral sangat sederhana, mengikuti gerak alam.
e.    Ada suasana mistik, magis, religius.
f.     Diperagakan secara kolektif dan dapat menggugah emosional keagamaan.
Seni Tari dalam perkembangannya dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu
a.    Tari wali
Tari Wali adalah sejenis tari yang berfungsi untuk mengikuti proses pelaksanaan upacara keagamaan. Seni tari Wali termasuk kelompok seni yang bersifat sakral. Jenis seni tari yang disebut Tari Wali adalah:
1.    Tari Rejang
Tari Rejang adalah simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun Bhatara turun kedunia yang dilakukan pada waktu melasti. Tari Rejang dipentaskan pada waktu upacara Dewa Yadnya. Tari rejang memiliki ciri khusus yaitu Jempana sebagai Linggih Ida Bhatara dituntun dengan benang panjang yang diikatnya pada pinggang si penari.
2.    Tari Pendet
Tari pendet melambangkan persembahan kepada Dewa, para penarinya membawa alat-alat upacara yang akan dipersembahkan kepada Bhatara.
3.    Tari Baris
Tari Baris melambangkan kepahlawanan, senjata yang dibawa penari ini adalah tombak, tamiyang atau perisai, cabang kayu dapdap yang semuanya melambangkan kepahlawanan.
4.    Tari Sang Hyang
Tari Sang Hyang berfungsi sebagai penolak bala. Para penari pada waktu menari kemasukan kekuatan gaib, sehingga mereka berani menari diatas apai tanpa terluka.
b.    Tari Bebali
Tari Bebali yaitu suatu tarian yang pementasannya sebagai penunjang jalannya upacara keagamaan. Sifat tarian ini sebagai pengiring, yakni sebagai pengiring upacara Yadnya yang sedang berlangsung. Identitas tari Bebali menampilkan suatu cerita yang judulnya disesuaikan dengan upacara yabg sedang diselenggarakan pada saat itu. Tarian yang termasuk jenis ini adalah:
1.    Tari Wayang Lemah
Wayang Lemah dipentaskan dengan menggunakan kelir dari benang putih yang disebut Benang Tukelan yang dimasing-masing ujungnya diikatkan pada cabang kayu dapdap( taru sakti) dan dilengkapkan pula dengan uang kepeng dan tidak memakai lampu seperti wayang biasa.
2.    Tari Gambuh
Tari Gambung dipentaskan pada upacara Dewa Yadnya dimana tarian ini berfungsi sebagai persembahan terhadapa Dewa dan leluhur.

3.    Tari Topeng
Dalam Tari Topeng, para penarinya mempergunakan topeng tapel, yang mengekspresikan tokoh raja, patih dan rakyatnya.
c.    Tari Balih-balihan
Tari Balih-balihan adalah seni yang diciptakan berdasarkan tuntunan budi luhur. Jenis tarian ini termasuk seni tari yang berfungsi sebagai hiburan. Misalnya Tari Cak, Janger dan lain sebagainya.

Tari-tari keagamaan yang disebut Seni Tari Wali atau Seni  Tari Sakral, dalam pelaksanaannya dipandang keramat. Demikian juga tentang keberadaan seni tari profan yang bersifat sebagai seni hiburan. Kedua jenis bentuk seni tari tersebut mampu membentuk kepribadian umat yang damai, tenang, dan suci lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar