Senin, 18 Agustus 2014

Separuh Jiwaku masih di Singaraja

Sebenarnya sudah telat sekali untuk menceritakan hal ini karena ini terjadi pada tahun 2012 silam.
dari judulnya udah bisa ditebak kalau saya bukan orang asli Singaraja, yapp saya orang asli Gianyar Bali, terlahir di keluarga yang sederhana dengan 2 kakak cowok yang jail. Maklum cewe sendiri jadi ga ada temen buat jailin balik si kakak.

di tahun 2011 saya lulus dari smk dan segera melanjutkan studi saya ke universitas negeri terbaik di Bali yang terletak di singaraja. karena di smk saya sudah terlanjur berkecimpung di dunia teknologi jadi mau tidak mau saya harus melanjutkannya dengan menggambil jurusan informatika. 

pertama berada disana, saya merasa ini dunia asing yang sangat berbeda tanpa orang tua yang selalu menemani saya dan memanjakan saya. jujur saya tidak betah berada disana, setiap hari sabtu saya pulang ke gianyar dengan sepeda motor saya. jarak kost dan rumah saya sekitar 85km butuh waktu 2jam untuk sampai di rumah. dan itu saya lakukan setiap minggu selama kurang lebih 3 bulan. 

pada bulan ke 4 saya mulai merasakan asiknya berorganisasi, jalan jalan mengenal kota singaraja dan sekitarnya, ditambah dengan teman2 yang sangat menyenangkan saya mulai merasa nyaman dengan keadaan di singaraja. Namun di tahun 2012 sekitar bulan april mimpi saya menjadi seorang pendidik seakan pupus.

saya ditelepon oleh kakak pertama saya, dan dia mengatakan kalau ada bukaan pekerjaan yang mencari lulusan smk informatika di salah satu instansi pemerintah. dia menyuruh saya untuk segera melamar pekerjaan tersebut karena gaji yang lumayan dan pekerjaan yang tidak terlalu banyak. saya menolak tawaran kakak, tapi saya pikir ulang pake logika, kalo dikoding kurang lebih kaya gini
 Jika saya bekerja maka
    tanggungan mamak akan berkurang dan saya harus selesai kuliah
namun jika saya tidak bekerja maka
   tanggungan mamak akan tetap dan saya bisa melanjutkan kuliah
    
dua pilihan yang sangat membuat saya galau, satu sisi saya ingin membantu mamak, satu sisi lagi saya ingin mencapai mimpi saya menjadi seorang guru.
Rasanya itu breeekk sakitnya itu disini*nunjukdada. berasa banget perjuangan selama hampir satu tahun itu diakhiri dengan satu telepon kakak. saat saya sudah semakin mencintai kuliah,teman teman dan tempat itu saya harus merelakannya. dengan berat hati saya harus keluar dari kampus tersebut dan melanjutkan di kampus swasta di denpasar.

pada akhirnya saya harus mengikuti keinginan orang tua saya, karena walau bagaimanapun saya masih menjadi tanggung jawab orang tua, dan harus berbakti kepada beliau.

saya tidak berpamitan dengan teman teman di jurusan ataupun di organisasi, saya hanya meminta izin kepada bapak kepala jurusan untuk mengeluarkan nilai saya sehingga saya bisa melanjutkan kuliah saya di Denpasar.

Jadi kalian bisa mengambil hikmah dari tulisan saya ini,
Jika kalian sayang orang tua kalian, turutilah keinginan beliau dan relakan mimpi kalian pupus namun jika kalian ingin mencapai mimpi tanpa restu orang tua yang hasilnya belum kita ketahui maka kejarlah mimpi tersebut.